WARTA BIMA,- Kepala MIN 2 Bima Juraidin, S.PdI
bertindak sebagai Khotib Sholat Idul Fitri 1446 H Tahun 2025 di Masjid Jami
An-Nuur Desa Sangga Kecamatan Lambu Kabupaten Bima, Senin (31/3).
Dalam khutbah Idul
Fiitrinya, Juraidin menyampaikan bahwa kesucian jiwa dan kefitrahan kita
dapatkan kembali di hari raya fitri. Jaga terus dalam kefitrahan ini sebagai
bekal untuk benteng diri dan benteng keluarga kita dalam menghadapi tantangan
zaman.
Menurutnya, Ramadhan
yang telah dilewati didalamnya terdapat berbagai bentuk pembelajaran yang
dididik langsung oleh Allah SWT. Pertama Pendidikan ruhiyah (spiritual),
hubungan dengan Allah melalui ibadah puasa, shalat dan doa. Puasa mendidik
seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan
keikhlasan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. Al-Baqarah: 183) "Wahai
orang-orang yang beriman, Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ayat ini menunjukkan
bahwa puasa di bulan Ramadhan bertujuan untuk membentuk pribadi yang bertakwa,
maka berpuasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum atau sesuatu yang
membatalkannya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, tetapi seluruh panca
indera yang melekat pada badan kita turut serta berpuasa,
Selanjutnya yang kedua
Tarbiyah Akhlak yakni, puasa mengajarkan kesabaran, kejujuran, serta menahan
hawa nafsu dan emosi. Ini menunjukkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar
dan haus, tetapi juga merupakan pendidikan akhlak bagi seorang muslim 'nggahi
ra eli mataho, ruku ra rawi mataho' saat kita bergaul di tengah-tengah keluarga
dan masyarakat.
Kemudian yang ketiga
adalah Tarbiyah sosial yakni, Ramadhan mendidik umat Islam untuk peduli kepada
sesama, memperbanyak sedekah, dan menjalin silaturahmi. Puasa membuat seseorang
merasakan penderitaan orang miskin sehingga mendorongnya untuk lebih dermawan
membantu sesama,tolong menolong, saling memperkuat bukannya saling melemahkan
apalagi saling menjatuhkan.
Keempat Tarbiyah
ibadah yakni, Ramadhan melatih umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah,
seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, doa,dzikir dan cinta untuk menebar
akan kebaikan. Apabila mampu memelihara dan mengamalkan pendidikan yang didapat
selama ramadhan. Maka inilah petahana dan benteng yang kuat sesungguhnya untuk
diri dan keluarga kita sebagai kekuatan dalam menjalani hidup dan kehidupan
yang dilandasi perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.
Selain itu, Juraidin
yang juga calon Magister Program Studi MPAI pada Universitas Muhammadiyah Bima
ini mengungkapkan bahwa dalam perayaan Idul fitri kita akan mendapatkan tiga
kebahagiaan dan kegembiraan. Yang pertama, kebahagiaan telah sempurna menjumpai
ramadhan. Menjumpai bulan ramadhan merupakan anugerah besar dari Allah SWT jika
dibandingkan dengan orang-orang meninggal dunia sesaat datangnya bulan ramadhan
atau keluarga kita yang sakit, sehingga mereka tidak bisa menjalankan ibadah
puasa dan amaliah lainnya. Mereka tidak bisa merasakan nikmatnya saat berbuka,
bersahur, nikmat mengendalikan hawa nafsu dan nikmat berbagi.
Rasulullah SAW
bersabda, jalan menuju surga dilapangkan dengan mengendalikanhawa nafsu
sedangkan menuju neraka menuruti hawa nafsu. Pada diri manusia ada sifat yang
berpengaruh untuk mencelakakan manusia yaitu, Sifat bahimah kebinatangan
menghalalkan segala cara. Sifat sabíyah sifat buas kedhaliman dan Sifat
syaithaniah yakni, kita jangan ikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya
syetan adalah musuh yang nyata.
"Jika sifat ini
lebih banyak adanya dalam pribadi kita, keluarga dan masyarakat kita tunggu
kehancuran. Inilah sifat yang berbahaya dalam hidup dan kehidupan kita yang
seharusnya dicegah dan dijauhkan melalui kekuatan bersama," tuturnya.
Mengakhiri khutbahnya,
Juraidin menyebut bahwa kebahagian idul fitri lainya adalah peduli terhadap
sesama. Contohnya, kita telah mengeluarkan zakat fitrah dan mal sebagai bentuk
penyucian diri setiap muslim dan harta yang kita miliki juga sebagai penyempurna
puasa ramadhan. Sesungguhnya dalam harta kita ada hak orang lain yang harus
kita keluarkan sehingga harta kita suci, berkah dan menjadikan rezeki kita
terus mengalir berlimpah.
Ibaratnya semakin kita
mengambil mengeluarkan air, maka mata air akan semakin banyak dan akan muncul
mata air baru lagi suci. Demikian juga harta kita apabila kita keluarkan zakat,
infaq dan sedekah, maka usaha dan bisnis kita akan terus mengalir, lancar dan
berkah. Kita telah diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mensucikan jiwa,
harta sekaligus mewujudkan rasa peduli terhadap kondisi disekitar kita berbagi
takzil, berbagi sembako, berbagi kepada orang yang berbuka puasa.
"Tugas kita pada
hari yang fitri ini adalah melanjutkan semangat berbagi dan memberi dalam hidup
dan kehidupan selanjutnya. Terus dipertahankan sebagai bukti ketaqwaan dan rasa
syukur kita pada Allah SWT," pungkas Juraidin.